Amal adalah salah satu pilar penting dalam kehidupan seorang Muslim. Kebaikan yang dilakukan tidak hanya memberikan manfaat bagi sesama, tetapi juga menjadi nilai tambah bagi diri sendiri di hadapan Allah SWT. Namun, sering kali seseorang tidak menyadari bahwa ada faktor-faktor tertentu yang dapat merusak amal mereka. Dalam artikel ini, kita akan membahas tiga hal yang dapat merusak amal dan bagaimana kita dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang membatalkan kebaikan ini.
Sebelum kita mulai, penting untuk memahami bahwa amal yang kita lakukan haruslah tulus dan ikhlas. Namun, tandanya niat yang baik belum tentu cukup jika ada hal-hal lain yang dapat menggagalkan kebaikan yang telah kita lakukan. Mari kita telaah lebih lanjut beberapa kesalahan yang sering dilakukan dan bagaimana kita dapat menghindarinya.
-
Niat yang Tidak Tulus
Salah satu hal yang paling merusak amal adalah niat yang tidak tulus. Banyak orang yang melakukan kebaikan bukan semata-mata karena ingin mendapatkan ridha Allah SWT, tetapi lebih untuk mendapatkan pengakuan atau pujian dari orang lain. Amal yang didorong oleh motif yang salah tersebut bisa saja menjadi sia-sia. Dalam Islam, niat merupakan aspek yang sangat penting. Sebagaimana dikatakan dalam hadis, “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.” Oleh karena itu, selalu introspeksi diri sebelum melakukan amal, pastikan niat kita tulus, karena hanya dengan niat yang benarlah amal kita dapat diterima oleh Allah. -
Ria (Sombong) Setelah Beramal
Ucapan syukur setelah berbuat baik adalah hal yang wajar, namun jika setelah melakukan kebaikan seseorang mulai merasa bangga atau sombong, maka amal yang dilakukannya dapat terancam batal. Ria atau keinginan untuk diperhatikan dan diakui oleh orang lain dapat membawa akibat fatal bagi amal kita. Misch évêque, kali ini kita perlu hati-hati atas perilaku yakni perilaku menunjukan kebaikkan yang dilakukan, mengingatkan kita untuk tetap bersikap rendah hati tanpa menunjukkan amal terlebih-lebih disaat amal tersebut tidak perlu disebarluaskan. Kembangkan sikap tawadhu (rendah hati) setelah beramal sehingga menjauhkan diri kita dari sikap ria. -
Mengabaikan Amal yang Lebih Utama
Salah satu kesalahan yang dapat membatalkan amal adalah melakukan amal tetapi mengabaikan yang lebih utama. Dalam konteks ini, seseorang mungkin terfokus pada amal tertentu, seperti memberikan sumbangan besar kepada suatu lembaga, tetapi pada saat bersamaan mengabaikan kewajiban yang jauh lebih penting seperti sedekah kepada orang tua atau membantu tetangga yang membutuhkan. Sebagaimana diketahui, Allah SWT telah menetapkan urutan dan prioritas dalam beramal. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa kewajiban-kewajiban pokok yang ada tidak terabaikan, sebelum melakukan amal yang lain. Lakukanlah apa yang lebih utama dan lebih dibutuhkan, agar amal kita menjadi lebih berkah dan bermanfaat.
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah pentingnya menjaga niat, menghindari sikap ria, dan selalu memprioritaskan amal yang lebih utama dalam berbuat baik. Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut, kebaikan yang kita lakukan tidak hanya akan lebih berharga di mata Allah, tetapi juga akan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar kita.
Dalam setiap langkah amal yang kita lakukan, tidak ada yang lebih berharga daripada memiliki keikhlasan. Ketika kita berbuat baik, pastikan bahwa tindakan kita tidak hanya berorientasi pada dunia tetapi juga akan membawa kita lebih dekat kepada Allah SWT. Semoga dengan pemahaman ini, kita semua dapat lebih berhati-hati dalam beramal dan berusaha untuk memperbaiki diri agar amal yang dilakukan tetap terjaga dan diterima di sisi-Nya.
